Buruknya Leadership: Pembunuh Diam-diam dalam Perusahaan



    Leadership yang buruk itu seperti racun pelan—tidak langsung terasa, tapi lama-lama mematikan. Banyak bos merasa gaya kepemimpinannya baik-baik saja, lalu menyalahkan HR atau karyawan saat performa turun. Padahal, sering kali masalahnya justru ada di atas.

Dampak Jangka Pendek

  1. Motivasi Turun: Karyawan merasa tidak dihargai, ide mereka diabaikan. Akibatnya, mereka kerja sekadar “asal kelar”, bukan “ingin maju”.
  2. Tingkat Turnover Tinggi: Orang pintar dan berprestasi cepat cabut karena tidak ada ruang tumbuh. Yang tersisa biasanya hanya mereka yang “aman” tapi tidak berkembang.
  3. Budaya Takut: Semua serba takut. Takut salah, takut ngomong, takut jujur. Akhirnya masalah disembunyikan, bukan diselesaikan.
  4. Kerja Tim Berantakan: Lingkungan jadi toxic. Bukannya kolaborasi, malah adu gengsi dan saling menjatuhkan demi terlihat “aman di mata bos”.
Dampak Jangka Panjang
  1. Inovasi Mandek : Tidak ada lagi ide segar. Produk dan layanan jadi stagnan, kalah dari kompetitor yang lebih adaptif.
  2. Reputasi Hancur: Kabar tentang budaya kerja buruk cepat menyebar. Perusahaan kehilangan daya tarik di mata talenta terbaik.
  3. Kinerja dan Keuangan Turun: Turnover tinggi bikin produktivitas jeblok, pelanggan kabur, pendapatan ikut anjlok.
  4. Biaya Naik: Rekrutmen, pelatihan, dan kesalahan operasional jadi beban tambahan.
  5. Perlahan Tapi Pasti, Perusahaan Runtuh: Moral jatuh, talenta pergi, inovasi mati—semua berujung pada hilangnya daya saing dan akhirnya, tutup buku.
Kesimpulan: Pemimpin toxic bukan cuma bikin tim sengsara, tapi bisa menenggelamkan seluruh perusahaan. Leadership yang sehat bukan tentang seberapa keras kamu menekan tim, tapi seberapa baik kamu bisa menumbuhkan mereka.

Comments

Popular Posts